Story #21. Akhir Pekan ala Pulau Pari

Wisata ke Pulau Pari merupakan salah satu pilihan menghabiskan akhir pekan bersama teman-teman. Salah satu dari deretan kepulauan seribu ini memiliki daya tarik tersendiri. Dari pelabuhan Muara Angke, pulau ini bisa ditempuh selama dua jam perjalanan. Waktu terbaik untuk menyebrang adalah pagi hari sekitar jam 7. Saya dan lima orang teman waktu itu tiba di dermaga sejak pukul 6pagi. Kami menerobos kemacetan di Pasar Angke dengan turun dari taxi dan melanjutkan perjalanan menggunakan odong-odong dengan tarif Rp5.000,- per orang. Begitu lincahnya odong-odong di sana melewati jalan-jalan tikus sehingga kami tak perlu berjalan melewati jalanan  becek dengan aroma luar biasa amis hasil laut para nelayan yang dijual di pasar Angke. Kami pun bisa sampai ke dermaga lebih cepat. Setelah membayar biaya retribusi Rp2.000,- per orang, kami pun menuju kapal kami. Agak sulit mencari kapal mana yang harus kami naiki, agen wisata kami menyebutkan nama kapal Sri Serindit, tapi disana setidaknya ada puluhan kapal parkir berjajar tanpa nomor urut. Untuk menuju kapal yang kami tumpangi ternyata kami harus melewati tiga kapal lain. Melewati bukan dalam arti berjalan di sisi badan tiga kapal menuju kapal keempat, tapi kami naik di kapal pertama lalu berjalan ke sisi yang bersampingan dengan kapal kedua, memijakkan kaki di kapal kedua lalu berjalan lagi ke sisi yang bersampingan dengan kapal kegiga dan begitu seterusya hingga kami sampai di kapal yang membawa kami ke Pulau Pari.

Cuaca pagi itu sangat baik, ombak juga bersahabat. Dua jam yang kami habiskan terombang ambing diatas kapal hampir tidak terasa karena kami mengisinya dengan berfoto bersama, tidur, dan nge-game. Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan diatas kapal selain karena kapalnya lumayan penuh orang, juga kondisi terombang ambing ombak tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas  semacam main halma dan ular tangga. Kebetulan setelah kapal beranjak dari dermaga, kami pindah duduk ke bagian luar depan kapal, jadi kami nikmati saja pemandangan langit biru, angin laut, dan air laut yang berombak kadang kecil kadang besar.

Sesampai di Pulau seluas kurang lebih 42Ha ini, kami rehat sejenak di homestay lalu bersepeda keliling pulau. Lokasi cantik pertama kami adalah Pantai Pasir Perawan. Mungkin dinamai demikian karena keasriannya, pantai pasir putih, air lautnya bening biru kehijau-hijauan. Pada pagi hari ketika kami datang, air laut sedang surut. Kami bisa menyebrang ke gazebo di daratan sebrang. Airnya hanya sebatas paha orang dewasa. Tidak berlama-lama, kami melanjutkan aktivitas siang kami dengan snorkling di sekitar Pulau Burung. Kami juga berkunjung ke Pulau Tikus. Saat snorkling, tak lupa kami membawa roti tawar untuk memberi makan ikan-ikan di dasar laut. Begitu roti tersebar kecil-kecil di sekitar tubuh, ikan-ikan kecil nan cantik akan segera menghampiri. Rasanya sangat menyenangkan bisa melihat ikan sedekat itu, bahkan bisa menyentuh badan kecilnya. Selain ikan, terumbu karang disana juga cantik. Namun kami harus berhati-hati, beberapa dari kami mendapat kenang-kenangan kecil berupa luka gores dan memar kecil akibat terumbu karang. Bagi yang kurang mahir berenang jangan kuatir, pihak agen biasanya menyediakan peralatan lengkap dari kacamata, selang snorkle, kaki katak, bahkan life vest jadi tetap bisa menikmati keindahan bawah laut tanpa takut tenggelam. Pulau Burung dan Pulau Tikus adalah pulau terdekat dengan Pari dan bisa bebas dikunjungi. Pulau Tikus jauh lebih kecil daripada pulau Pari. Berdiri di bibir pantainya, kita akan bisa melihat ujung pulau.

IMG-20150819-WA0136

Entah kenapa diberi nama Pulau Tikus, nyatanya tidak ada satu pun tikus berkeliaran disana, yang ada malah soang : p Kami menghabiskan waktu dengan berendam di perairan dangkal. Seru! termasuk bagian ketika pasir masuk ke pakaian kami dan ketika kami “mentas” (berdiri dari air), rasanya dingin sekali. Tak terasa sore menjelang, kami bergegas naik ke kapal untuk kembali ke Pulau Pari karena berencana menikmati matahari terbenam di Pantai Pasir Perawan. Sayangnya sore itu matahari tertutup awan, jadi sunsetnya biasa saja.

Setelah makan malam, kami kembali menyusuri pulau. Kami akan menghabiskan waktu sejenak di tepi pantai sambil menikmati bebakaran hidangan laut, duduk di atas anyaman bambu, dibawah miliaran bintang di langit, mendengar debur ombak sambil menunggu hidangan yang sedang disiapkan. Setelahnya, kami kembali ke homestay untuk beristirahat. Kami tak sabar melihat matahari terbit yang katanya sangat indah bila dilihat dari dermaga.

Kami bangun agak kesiangan, langsung mengambil sepeda lalu bergegas ke dermaga. Kami beruntung, mataharinya masih malu-malu. Jadilah kami menunggunya terbit sempurna. Entah berapa lama durasinya dari ketika kami datang hingga sang surya 100% eksis, sementara kami asyik berfoto, saya rasanya malah ingin menangis melihat keindahan matahari pagi itu. Rasanya belum pernah merasa setenang itu dengan pemandangan yang saya lihat. Terpaan angin laut, warna langit, pantulan matahari di air laut, semuanya indah dan sempurna.

Sayangnya akhir pekan yang menyenangkan ini harus kami akhiri. Kami kembali ke homstay untuk sarapan dan berkemas lalu kembali ke pelabuhan Muara Angke dengan kapal Sri Serindit lagi. Kami tak sabar untuk jelajah tempat wisata lain jika nanti ada waktu senggang lagi. Akhir pekan ala Pulau Pari ini cukup untuk menjadi mood booster hingga liburan singkat kami selanjutnya.

Happy reading,

Ciao!

Story #22. Mind Your Eat

Hi there,

I first get this topic from a friend when she use this topic to lead one of group meeting in Jakarta. It was about last year, I remember. I am practicing it before I have brave enough to write it here. Hope I describe it well.

“Eat” is a primary human need. Since we are know the taste and variant of food we can choose -almost- whatever we want, and ever since we can spooning food, chewing, and swallowing it while we’re doing another activities such reading, watching, chatting, or so,we don’t know what we had eat. Have you even forget the taste of the chips that you just eat? Or you don’t even notice did you eat your sushi with wasabi or not? Kind of those situation called mindless eating. You eat, but you do not enjoy your food, this is also mean that you do not eat with your mind.

I will mention the principles of mindfulness according to Ronna Kabatznickz, Ph.D:

  • Mindfulness is deliberately paying attention, non-judgmentally, in the present moment.
  • Mindfulness encompasses both internal processes and external environments.
  • Mindfulness is being aware of your thoughts, emotions and physical sensations in the present moment.
  • With practice, mindfulness cultivates the possibility of freeing yourself of reactive, habitual patterns of thinking, feeling and acting.
  • Mindfulness promotes balance, choice, wisdom and acceptance of what is.

Based on the principles above, mindful eating means that you are allowing yourself to become aware of the positive and nurturing opportunities that are available through food selection by respecting your own inner wisdom. Do not eat in a rush and doing other things during eating. Use all your senses in choosing to eat food that is both satisfying to you and nourishing to your body. Tongue might taste is well but it doesn’t mean nourish enough. You better be acknowledging responses to food (likes, dislikes, or neutral) without judgement. A mindful eating is also becoming aware of physical hunger and satiety cues to guide your decisions to begin and eating. This is I think the dominant reason why mindful eating is best match with many kind of diet program.

Now after we define it, if you or your friends have the things that I mention below, that means you have practicing it:

  • Acknowledges that there is no right or wrong way to eat but varying degrees of awareness surrounding the experience of food.
  • Accepts that their eating experiences are unique.
  • Is an individual who by choice, directs their attention to eating on a moment-by-moment basis.
  • Gains awareness of how they can make choices that support health and well being.
  • Becomes aware of the interconnection of earth, living beings, and cultural practices and the impact of their food choices on those systems.

Happy reading,

Ciao!

 

Story #23. Dari dan Menuju Pelabuhan Muara Angke

Helloo ^.^

Pergi wisata ke deretan Kepulauan Seribu emang seru, saya akan berbagi pengalaman berangkat dan pulang ala murah meriah. Sekedar informasi, per Juli 2015 keberangkatan kapal dari Kali Adem, jadi meeting point sama agen dan kelompok tur gak lagi di pom bensin. Kapal yang berangkat dari sini adalah jenis kapal biasa, bukan kapal cepat. Kapal cepat biasanya berangkat dari Anyer dengan tambahan charge Rp350.000,- per orang per sekali jalan.

Waktu terbaik untuk menyebrang adalah pagi hari. Sebaiknya kamu sampai di dermaga sekitar jam 6 pagi. Kapal pertama berangkat jam 6.30. Kamu bisa mencarter angkot untuk menuju dermaga (kapasitas angkot sekitar 14 penumpang). Pada akhir pekan, apalagi jika long weekend, lalu lintas menuju dermaga sejak subuh seringnya luar biasa parah. Saya dan rombongan ketika itu kami dari Tangerang menggunakan taxi, terjebak macet di sebelum pasar. Lima belas menit lebih hampir tidak bergerak, kami memutuskan turun dari taxi tepat di perempatan jembatan (sebelum pasar) lalu naik odong-odong dengan tarif Rp5.000,- per orang. Jangan membayangkan odong-odong seperti yang biasa masuk perumahan yang model gowes trus dudukannya warna warni dengan kepala binatang ya. Begini tampilan odong-odong yang beredar di Muara Angke. Kapasitasnya kurang lebih 12 orang, termasuk di kanan dan kiri depan di samping supir.

Untitled

Odong-odong ini bener-bener penyintas macet dan worth banget ketimbang jalan kaki melewati pasar yang becek dengan bau amis yang semerbak nyaris mendobrak paru-paru :p

Sampai di dermaga, di gerbang masuk ada biaya retribusi Rp2.000,- per orang. Baru deh kamu bisa naik ke kapal. Hati-hati ya jangan sampai salah naik kapal. Ada banyak deretan kapal disana dengan berbagai tujuan. Kalau ke Tidung dan Bidadari, waktu tempuh sekitar satu jam, ke Pari kurang lebih dua jam. Untuk ke Harapan dan Pramuka kira-kira empat jam perjalanan. Kalau nggak pingin mabok, selain minum obat anti mabok, bisa juga pilih duduk di kapal bagian depan atas (area terbuka). Seru lho, berasa naik wahana non stop sesuai durasi perjalanan. LOL :))

Setelah puas bermain di Pulau yang kamu tuju, rute pulangnya juga sama. Kamu naik kapal dari dermaga di masing-masing pulau lalu kembali ke dermaga Muara Angke di daerah Kali Adem. Kalau kamu memilih waktu di siang hari untuk kembali ke Jakarta, sebaiknya di kapal kamu pilih duduk di bagian dalam supaya gak terlalu panas dan makin gosong kena terik matahari di tengah laut. Fasilitas di dalam sederhana tapi lengkap kok. Ada life vest yang tebakan saya jumlahnya gak sesuai dengan jumlah penumpang (tapi ini bukan masalah besar kok, saya gak pernah dengar cerita ada kecelakaan kapal atau kodisi buruk apapun hingga membutuhkan pelampung). Beberapa penumpang menggunakan life vest malah sebagai alas duduk (karena duduk di atas papan kayu yang cuma berlapis karpet karet tipis memang lumayan bikin bokong kejang), dan ada juga yang menggunakannya sebagai bantal tidur. Ada tempat juga untuk men-charge handphone. Di kapal bagian bawah, kamu bisa duduk di kursi plastik yang disediakan. Ada juga space untuk bisa duduk di bawah. Jika kamu ke bagian atas kapal, maka semuanya duduk lesehan. Jangan kwatir gerah, ada kipas angin kok di tengah, lagipula angin laut yang masuk melalui jendela kapal juga kenceng jadi gak terasa gerah.

Nah, sampai di dermaga, untuk keluar menuju angkot, bisa naik odong-odong (lagi) dengan tarif (masih sama) Rp5.000,- per orang. Sampai di tempat angkot ngetem, jangan gegabah dengan bujuk rayu para sopir. Kamu mesti menenangkan hati dan pikiran ketika kamu di rayu semacam ini:

“Neng, mau ke (stasiun) kota ya? 15ribu aja per orang sini sama abang. Kalo naik angkot nyambung 2x habisnya juga 12ribu. Mending sekali naik angkot abang neng 15rb udeh nyampe kota”

atau:

“Neng, 10rb deh per orang, tapi kalo neng cuma segini (enam orang) abang ngetem dulu yak nunggu angkotnya penuh”

Lalu kamu di hadapkan pada situasi pilihan:

“Gimana neng, mau langsung yang 15rb apa 10rb tapi nunggu?”

Yang harus kamu lakukan adalah jalan sedikit ke depan (pertigaan) dan naik angkot yang nggak ngetem. Tarifnya Rp4.000,- per orang per sekali jalan. Angkot merah kecil B01. Sopir akan mengantar kamu sampai depan Mega Mall. Jika kamu masih curiga sama sopir angkot, sebelum naik pastikan dulu tarifnya. Gak pa pa kok tanya baik-baik “Bang, sampe Mega Mall 4rb kan?”

Sampai di depan Mega Mall ada banyak pilihan angkutan umum yang kamu bisa naik menuju pulang! Mampir ngemall dulu juga boleh. Cuek aja sama dandanan ala kadarnya. Ada banyak pilihan santap siang di mall ini, dari masakan jepang, barat, chinese food, junk food, juga indonesian food. Kalau kamu pergi rame-rame macam saya dan geng gong dengan aneka selera, makan saja di Eat and Eat. Disini, jangan lupa cobain Es Mabok Duren di stand Es Gentong ya :))

Well, kembali ke transportasi, di depan Mega Mall, kamu bisa naik kopaja (atau kopami ya, saya gak tau bedanya kopaja, kopami, mikrolet. Bagi saya mereka sama saja). Mobil besar cat biru dengan tulisan B02 ini bisa mengantar kamu ke Stasiun Kota dan Kampung Bandan jika kamu melanjutkan perjalanan dengan commuter line. Ada shelter bus Trans Jakarta juga di depan Mall. Kamu bisa gunakan bus trans sebagai alternatif kendaraan umum. Tarif B02 Rp4.000,- per orang. Bus trans kayaknya masih Rp3.500,- Murah banget kan? Saya waktu itu memilih naik commuter line dengan tarif Rp3.000,- sudah sampai di kota Tangerang, lalu lanjut 2x naik angkot sampai ke rumah.

Dari Angke ke rumah saya di Tangerang, ongkos pulang saya hanya Rp20.000,- diluar odong-odong. Beda dengan waktu berangkat, karena saya menggunakan taxi waktu itu habis hampir Rp300.000,- belum termasuk ongkos masuk tol. Paling mahal tol Pondok Ranji Rp16.000,- dua tol lainnya normal Rp6-8rb.

Demikian pengalaman saya, Agrint, Vivi, Uum, Lanny, dan seornag lagi yang namanya juga Agnes.

A.IMG-20150827-WA0001

Happy reading,

Nice to share, sampai jumpa di story berikutnya 🙂

Ciao!

Story #20. Menghadiahi Diri Sendiri

Hey…

Hidup terlalu berharga bila hanya digunakan untuk bekerja, kuliah, nongkrong di kafe, jatuh hati, bangun cinta, patah hati, menjebak diri sendiri dalam romantisme masa lalu, dan berharap terlalu banyak pada masa depan yang tak pasti. Jika hidup punya urat, mungkin dia akan merasa semacam ketarik kenceng ketika kita berusaha membangun hidup yang sempurna. “Sempurna” pada takaran manusia subyektif -yang- cenderung naif, egois, ingin mengatur dunia dengan berandai-andai.

Tiap manusia -menurut gw- sebaiknya punya cara sendiri untuk menghargai diri sendiri sekaligus punya “booster” untuk selalu semangat menggapai mimpi dan cita-cita. Judul & pengantar diatas sengaja sebagai reminder gw bahwa apresiasi pada diri sendiri itu perlu, ga usah nunggu apresiasi dari orang lain lah.

Ketika hidup berasa stuck, penat, cenut-cenut, mungkin tampang lw bakal sama ky gw:

IMG-20150819-WA0084

Kalo boleh milih, pengennya hidup seneng terus kan. Siapa sih yang mau susah kalo emang bisa milih. Ada satu buku karangan Rick Warren yang gw baca ada kalimat berikut: “Anda akan menjadi frustasi karena situasi Anda, Anda akan bertanya-tanya “Mengapa ini terjadi kepadaku? Mengapa aku mengalami kesulitan?” Salah satu jawabannya adalah karena hidup itu memang seharusnya sulit! Itulah yang membuat kita bertumbuh. Ingatlah, bumi bukan surga!” Simple dan realistis ya?! Nah, tapi di tengah pontang-pantingnya manusia ngadepin cobaan, boleh donk rehat sebentar, atau sekedar menghadiahi diri sendiri. Hadiah bukan tentang nominal dan bentuknya. Tapi lebih pada arti hadiah itu. Bagi gw, menghadiahi diri sendiri adalah sebuah perayaan kecil atas satu atau beberapa proses yang udah gw lalui selama beberapa waktu dalam hidup. Sampai pada dateline hadiah berikutnya, halah… hahahha…. Buat gw, hadiah juga berarti booster untuk mencapai hasil tertentu dalam hidup. Ini bukan tentang ngabis2in waktu, duit, dan tenaga ya.

Tentang hadiah yang bukan dinilai dari nominal dan bentuknya, berikut sharing gw tentang alternatif hadiah untuk diri sendiri:

  • Hadiah sesuai hobi setelah lw mencapai target tertentu dalam hidup lw, atau ada beberapa resolusi tahunan yang udah lw capai. Melakukan perawatan kecantikan ada di kategori ini.
  • Liburan singkat. Ga usah lama-lama, sehari bahkan cukup kok. Pergi sendiri juga bakal seru kalo judulnya adalah “menghadiahi diri sendiri”
  • Catch those happy face! Ini agak personal sih sebenernya….mmm… gini, lw lakukan sesuatu / membeli sesuatu untuk orang (orang-orang) yang lw sayangi dan wajah happy mereka adalah hadiah bagi diri lw sendiri : )

Alternatif hadiah lain gw rasa cuma pengembangan dari tiga hadiah diatas. Setelah menghadiahi diri sendiri, biasanya gw bakal sumringah semacem gini:

Camera360_2015_8_19_023232

Biasanya setelah menghadiahi diri sendiri, pikiran jadi lebih fresh, tekanan batin jauh berkurang, yang tadinya ga mau move on justru malah bisa let go! Kerja juga jadi lebih semangat. Kalopun -lagi-lagi- pekerjaan yang lw lakukan berdarah-darah cuma jadi remah-remah memalukan di mata bos / klien, lw bakal lebih bisa iklas bilang “gak pa pa, ok gw bakal benahin lebih baik lagi ni kerjaan”.

Coming up next, gw bakal sharing pengalaman liburan di pantai.

Happy reading,

Ciao!

Story #19. Registrasi StarFit Rewards

Hi,

Setelah 6-7 bulan join membership Celebrity Fitness dan menjalani aktivitas ngegym yang fluktuatif (kalo lagi rajin ya rajin, kalo kaga ya berasa ngenes aja sih secara udah bayar), akhirnya gw nerima email dari CF. Gile lama banget ya bo!

Awalnya gw rajin tanya ke staff di CF, gimana gw bisa cek poin yang gw dapet kalo akses ke starfit aja ga bisa. Waktu itu gw sesuai saran staff disana coba akses ke http://www.starfit.celebrityfitness.com tapi gagal terus untuk login. Agak aneh sih sebenernya, di komputer staff bisa dapet info kalo akun member gw udah terdaftar, tapi gw ga bisa akses login dan harus nunggu notifikasi email -yang ternyata baru muncul notifnya di bulan ke 6 atau 7 inilah-

Hampir semua staff cuma bilang “tunggu notifikasi di email ya” dan “mungkin antri, kita ga tau kenapa kakak belum terima email balasan”, sampai ada satu staff marketing yang jawabannya agak beda: “dari pusat emang lama, ini yang join dari 4 bulanan yang lalu juga masih belom semua nerima email starfit reward, jangankan cek poin, request tas aja ga bisa. Sekarang tas gym diminta dari pusat berdasarkan request dari login akun CFP.” Gw cuma bisa bilang “oh, oke”, tapi dalam hati “yailaaaahhhh….bueteee!”

Nah, well.. tentang email dari CF, judulnya:

Terima Kasih Telah Mendaftarkan Diri Anda dalam Celebrity StarFit Rewards!

(plis lah, dah 7 bulan gitu)

Ada tautan di email yang kita bisa klik untuk langsung ke halaman registrasi. Disana akan ada panduan untuk pertama sign up dulu. Ternyata member yang join CF setelah 15 Agt 2014 sudah otomatis teregister. Ini kenapa di komputer staff CF bisa lihat bahwa akun gw udah aktif tapi gw ga bisa login. Mereka (staff CF) juga ga bisa bantu login karena kita harus sign up dulu dan mengisi form contact us setelah registrasi untuk bisa join program rewards nya.

Starfit Rewards adalah program bagi member untuk mengumpulkan poin yang kemudian bisa ditukar gifts (ini gw belom tau apa aja giftnya). Nah, perhitungan perolehan poin sbb:

Untitled

Dengan rincian distas, gw realistis sih gw bakal keong banget ngumpulin poin, palingan cuma dari weekly visit doang. Hahaha….

Untuk menukarkan poin dengan hadiah, member harus:

i) Mengunjungi bagian “Hadiah” dari Situs Web
ii) Memilih hadiah yang diinginkan dan memesannya
iii) Melengkapi dan memeriksa informasi pengiriman yang muncul dalam pesanan online dan
iv) Menekan tombol “Proses”. Pesanan akan diproses dan dikonfirmasi secara otomatis.

(keempatnya gw copas dari web CF)

Setiap kita masuk CF ada mesin kecil semacam edc yang membaca member ID kita (gw ga tau apa namanya tuh mesin/alat), nah dari situ bakal ketauan tingkat keaktifan kita di klub. Makanya jangan heran kalo setelah beberapa waktu lw jarang latian trus di telfon dan malah ditawarin “kakak mw jual member gak? sayang lho daripada bayar terus tapi jarang latian, atau mau berenti malah nanti kena penalty”. Ini kejadian sama temen gw. Mungkin next time gw bisa share tentang menjual membership ke orang lain.

Setelah register, ternyata gw ga bisa lanjut jelajah web nya CF. Ketika sign in dengan user id dan password yang udah gw create gw tetep ga bisa lanjut. Gw inget-inget tadi setelah isi form register, gw mesti isi form contact us, setelah succesfully sent ternyata gw  tetep mesti nunggu verifikasi lebih lanjut entah sampe kapan lagi, jadi ga bisa langsung sign in, dan jadinya lagi…… sharing gw terbatas nih : (

Berhubung gw ga bisa jelajah lebih jauh, jadi gw iseng baca term & condition nya. Informasi dominan yang gw dapet di hampir setiap ketentuan adalah CF sebagai promotor berhak menghentikan sepihak, tidak menambahkan poin secara sepihak, dan lain – lain (case by case) yang ada baiknya dibaca dengan lebih cermat. Seperti TC rewards pada umumnya, CF menyebutkan hal-hal untuk menghindari tanggung jawab dari penyalahgunaan program oleh member atau pihak ketiga yang gak bertanggung jawab. Ini fair sih dan umum disebutkan sebagai pihak promotor.

Sekian sharing minimalis gw kali ini,

Ciao!

Story #18. Salah Kaprah Lensa Kacamata Dipertipis

Hi,

Tulisan ini terinspirasi dari pengamatan gw pada salah satu karyawan optik (gw no mention lah ya). Pas kedatengan customer rabun jauh, karyawan ini nyebutin istilah “lensa dipertipis”. Yang dimaksud adalah lensa dengan indeks bias tinggi, yang sebenarnya tingkat tebal-tipisnya lensa tergantung pada tingkat kelengkungan yang dibuat di laboratorium. Istilah “lensa dipertipis” biasanya memicu asumsi bahwa lensa yang dihasilkan akan lebih tipis daripada yang seharusnya. Padahal gak juga! Nah lho!

Dari segi pemakai kacamata, gw rasa siapapun ga akan nyaman dengan lensa yang tebal, apalagi kalo sukanya pake model kacamata yang frameless. Jadi agak ribet bagi mata yang kondisi kanan dan kirinya gak sama ukuran rabunnya dengan jarak yang kontras. Misalnya yang kanan minus 1, yang kiri minus 7. Nah tebal tipisnya lensa jadi PR karyawan optik deh tuh : p

Lensa sebelum di pasang pada kacamata, biasanya berbentuk bulat hampir seperti tutup toples kacang jadul seperti ni:

1-61-hi-index-plastic-lens-HMC-UV400.jpg_200x200

Nah makin besar angka rabun jauh/dekat itu yang mempengaruhi ketebalannya. Lensa minus biasanya berbentuk cekung dengan kondisi semakin ke bagian tengah lensa semakin tipis, jadi bagian pinggirnya lebih tebal daripada tengah. Untuk lensa plus berlaku sebaliknya.  Ketika dipasang pada kacamata, lensa tersebut akan di cutting sesuai bentuk demo lens (*demo lens: akrilik pada kacamata, digunakan untuk duplikasi bentuk lensa agar sesuai frame).

Pada dasarnya semakin tinggi angka bias indeks akan dapat dibuat lebih tipis daripada lensa yang dibuat dengan material yang berindeks rendah. Tapi ada faktor lain yaitu bentuk frame kacamata. Pada lensa minus, makin lebar cuttingan lensa, maka tebelnya lensa bakal makin keliatan. Ada keuntungan lain memakai lensa dengan indeks bias tinggi yaitu adanya blocker UV alami pada lensa.

Tentang harga dan merek lensa yang digunakan, itu sih tergantung budget aja. Tingkat keawetan ya tergantung pemakaian. Kalo termasuk di golongan ceroboh ya rugi pake lensa mahal : p LOL! Pakai lensa yang biasa / lebih murah juga bukan berarti tanpa mutu. Sedikit tips membersihkan lensa, lw bisa pakai cairan semprot yang bisa dibeli di optik / dapet gratisan ukuran kecil, atau bersihkan lensa pakai busa sabun. Jadiin busa dulu, baru gosok-gosok lembut di permukaan lensa, ga perlu tuang sabunnya ke atas lensa : p, jangan lupa ngelapnya pakai kain / tissu yang lembut ya.

Buat yang mau tau lebih banyak tentang lensa, kacamata, dan softlens gw rekomen bisa dapetin lebih banyak informasi di link berikut ini

 

Nice to share,

Happy reading,

Ciao! ^3^

 

 

Story #17. I Love The Pain

Hey..

“I Love the Pain” adalah kata-kata yang gw denger dari salah satu trainee di CelFit, waktu gw ikut kelas RPM. Diucapkan (lebih tepatnya diteriakkan) pada pertengahan sampai dengan akhir kelas. Kata-kata ini jadi kayak semacam endorser / stimulus / penyemangat ketika kita lagi down. Kalo aktivitasnya olah raga, konteks down nya adalah fisik yang lelah, otot yang kenceng.

Iseng gw coba search di google dengan keyword “Love the Pain” ternyata ada grup band yang punya single dengan judul serupa. Lady Antebellum nama band nya. Judul lagunya “Love This Pain”, sayang ga nemu video klip nya. Padahal liriknya bagus lho, gini reff nya:

It’s like I love this pain a little too much
Love my heart all busted up
Something ’bout her, we just don’t work
But I can’t walk away
It’s like I love this pain

Ceritanya -kayaknya- tentang pasangan yang berada pada hubungan yang salah. Semacam saling cinta tapi sering berantem mungkin, tapi tetap bertahan dalam hubungan itu. Love my heart all busted up, something about her we just don’t work, but i can’t walk away. Freak ya? Gimana bisa pasangan saling mengasihi tapi juga saling menyakiti? Kalo masih pacaran bisa mikir simplenya kalo ga cocok lagi ya bubaran aja, mungkin kalo dah terlanjur merid tuh baru ribet. Gw mendadak sulit mendeskripsikan perasaan lebih banyak tentang ini :p

Well, gw lanjut ke pencarian quotes, ada 1 yang menarik buat gw:

tue0oz5r

The pain demands to be felt. Mungkin bener juga. Seperti hal tentang kebahagiaan, rasa sakit juga ingin pernah punya tempat di hati dan diri (fisik). Kalo kita menerima cinta dan kebahagiaan dengan hati terbuka, menerima perawatan dan penampilan oke untuk diri kita maka biarlah rasa sakit juga kita terima. Dikit aja tapi jangan banyak-banyak! gitu kan kalo boleh request. Ha haa…. Kadar banyak-sedikitnya tergantung penerimaan kita sih. Kalo mau bersabar, sebentar juga hilang rasa sakitnya. Habis nge gym badan pegel ya wajar, nikmatin aja sambil pilih mau didiemin aja dibawa tidur atau mw pijetan. Dapet penolakan dari temen, gebetan, keluarga, bos terus berasa sedih, lelah, putus asa, down ya wajar juga, nikmatin aja sambil cari solusinya. Selingin ngopi sama ngemil juga gpp. Walopun aktivitas dan jalan hidup kadang melelahkan toh Tuhan selalu memberi kecukupan. Daripada mengeluh cuma bikin makin sakit (plus nyusahin orang yang denger curhatan) mending we keep saying “I Love the Pain!”

I love the pain, I love the pain

Don’t wanna mess things up

But don’t push too far

Do what you love to do

Don’t asked why

Keep saying “I Love the Pain”

 

Write with Love ^3^

Ciao!

 

Story #16. Song lyrics tell you lot: Last Kiss by Taylor Swift

Hi,

I was working on my visual layout when I hear this song and having kind of mix feeling when I listen to the lyrics. Silly but true. Funny and I guess at least once in a lifetime girls have this moment. It honestly remind me to one moment ever happen in my life. So i write it down and tell you how I interprets this song and how its every words crossed in my thought. Taylor Swift’s songs for me are always damn true ^.^

“Last Kiss”
By Taylor Swift

I still remember the look on your face
Lit through the darkness at 1:58
The words that you whispered
For just us to know
You told me you loved me
So why did you go away?
Away
*When you’re in love, you keep telling your lover how much you love each other. But then when one leave the other there’s a question that you both will never satisfy with the answer: why did you go away? Well love comes first, brain comes later. Love is because you love, leave is because you’re start use your brain for logical thought.
I do recall now the smell of the rain
Fresh on the pavement
I ran off the plane
That July 9th
The beat of your heart
It jumps through your shirt
I can still feel your arms
*Aahh.. I won’t comment on this one. I guess this is when Taylor was  flew to attend a Jonas Brothers show, her ex. “Can still feel your arms” yeah, that’s romantic.But now I’ll go sit on the floor
Wearing your clothes
All that I know is
I don’t know how to be something you miss
I never thought we’d have a last kiss
Never imagined we’d end like this
Your name, forever the name on my lips

*When you left your lover behind, you flash back to where you both first met, how you starts the relationship. No body has imagination of how’s the relationship ended. No one expect it in the early of relationship. I don’t know how to be something you miss (ga ada ide gimana lw bisa melewatkan gw. Kata-kata ini biasanya diucapkan oleh pihak yang ditinggalkan.. : p ), it’s an expression of disappointed of my/yourself as an ex.

I do remember the swing of your step
The life of the party, you’re showing off again
And I roll my eyes and then
You pull me in
I’m not much for dancing
But for you I did

Because I love your handshake, meeting my father
I love how you walk with your hands in your pockets
How you kissed me when I was in the middle of saying something
There’s not a day I don’t miss those rude interruptions

*This is my favourite part! Perhaps because I’m a type of cool (read: indifferent) but I pay attention on the detail. Still on your flash back, you’ll remember so much simple little things when you’re together, such swing of each step, maybe the touch of the hands, and a special simple moment between you two. Special isn’t always romantic, could be a silly and fool moment but you both enjoy it. That moment for Taylor must be very memorable, she even remember her expression at the moment. “I’m not much for dancing, but for you I did” That’s happen to a lot of couple I guessed, small stuff that means a lot. In the name of loving you, I dance. In the name of loving you, I’ll cross the ocean! LOL : ))

And I’ll go sit on the floor
Wearing your clothes
All that I know is
I don’t know how to be something you miss
Never thought we’d have a last kiss
Never imagined we’d end like this
Your name, forever the name on my lips

So I’ll watch your life in pictures like I used to watch you sleep
And I feel you forget me like I used to feel you breathe
And I keep up with our old friends just to ask them how you are
Hope it’s nice where you are

*This still the words of disappointed and no idea how come the relationship ended up that way. I don’t know either mine. On the part when Taylor say that she’s keep up with the old friend I think it’s a reality part that life must go on. You and I are no longer lover but each other are deserve to continue a good life, move on, and let go the past. Just hoping that you have a fine life too, where ever your are. This is a good, sincere wish for the ex, rather than you curse and hate your ex. Be peace at any possible moment you could.

And I hope the sun shines
And it’s a beautiful day
And something reminds you
You wish you had stayed
You can plan for a change in weather and time
But I never planned on you changing your mind

*For sure that after your down, sad, disappointed moment after a break up you start a new wish for your own life. It’s your everyday decision of a plan for a change. This part is saying a message that as an ex, I never planned on you changing your mind. If you’re already break up, just don’t look back. Sometimes in your life you remember your ex(s), but it only remembered, never mean to go back to the past, change your mind and be a lover again. Eeeuuhhh… back to “former lover” is a big no way!! Just remember if you don’t know how to be something that he/she had missed, then in the future you’ll never know too.

So I’ll go sit on the floor
Wearing your clothes
All that I know is
I don’t know how to be something you miss
Never thought we’d have a last kiss
Never imagined we’d end like this
Your name, forever the name on my lips

Just like our last kiss
Forever the name on my lips
Forever the name on my lips

Just like our last…

*Try to flash back, and answer this: Do you have your last kiss before a break up?

 

Happy reading,

Nice to share,

Ciao : )