Story #40. My Official Travel

Hello there,

Official Travel alias perjalanan dinas. Gw lumayan sering travelling singkat untuk urusan kerja sekalian icip-icip nikmatin kota orang. Dari dulu dapet kerja, trus pindah kerja pun dapetnya model begini lagi begini lagi. Maksudnya, sering travelling. Bidang kerjanya sih beda-beda, jadi gak bosan dan lebih ada tantangan. Gw mau share nih, tentang barang bawaan yang antara penting gak penting untuk dibawa. Untuk orang lain mungkin gak penting, tapi buat gw itu penting.

Tulisan ini berhubungan dengan travelling, tapi dengan kopor, ransel kecil, bukan backpacker. Travelling untuk urusan kerja, jadi baju dan bawaan juga menyesuaikan. Untuk travelling dengan backpack, next time deh gw tulis 🙂

3801083

Gw mulai dari jenis tas, barang bawaan, lalu tips packingnya ya! So here we go…

What Bag

Untitled-1

Nah, pertama lw mesti tentuin dulu model tas apa yang bakal lw pake. Kalo travellingnya karena dinas kantor yang menuntut lw pake baju formal, rasanya kurang pas kalo pake backpack besar. Lagian baju yang gw pake jadi lecek kalo semua barang masuk tas ransel, kan berat dan dibawa di punggung. Kasian juga kan punggung dan pundak gw. Jadi gw biasanya pake travel bag beroda yg ukuran cabin (sebisa mungkin gw menghindari bagasi). Plus bawa tas ransel isi laptop & beberapa perlengkapan kecil-kecil tapi penting.

What to Bring

WP_20160227_15_31_02_Pro

 

  1. Setrika kecil dan Catokan rambut. Ini penting nih dan wajib ada. Hehehe… gw bawa setrika kecil merek Tobi. Karena kecil, jadi ringkes. Bisa steamer juga, ada kok perangkat bulu sikatnya. Tapi gw selalu cuma bawa ini doang. Di pasaran, bentuknya macem2. Ada yang wand juga.   Untuk alas setrika bisa pake handuk / di kasur hotel. Catok rambut ga boleh ketinggalan. Kalo catok, gw gak pake yg mini2, ukuran standar aja. Bawa ukuran mini sayang, malah bakal lama nyatokin rambut.
  2. Peralatan mandi & body treatment lengkap tapi seadanya. Usahakan lw bawa ukuran kecil aja. Kalau cair, maksimal 100ml. Sabun mandi, facial wash, shampoo, odol, sikat gigi, cukuran ketiak, deodoran, lotion, body scrub* (penting). Kalo pergi karena urusan kerja tuh penatnya lebih berasa. Jadi gw suka memanjakan diri dengan scrub-an sekalian mandi. Nah kalo di rumah kan pot wadah scrub biasanya gede, jadi gw pisahin sebagian di wadah kecil jadi gak terlalu makan tempat. Percayalah, semua perlengkapan bisa “dikecilkan” (diambil sebagian untuk dipindah ke wadah yg lebih kecil, ini berlaku untuk barang yang di pasaran memang cuma ada kemasan besar). Sedikit tips untuk sabun & shampoo, di pasaran ada tersedia yang head to toe, jadi praktis. Bawa 1 botol aja bisa sabunin dari ujung rambut sampe ujung kaki. Kalo backpackeran malah bisa bawa sabun yang bentuknya lembaran, for all purpose: keramas, sabun badan, muka, bahkan cuci baju. Nah, gw ada tips nih untuk meringkas sabun & lotion: pake sabun yang extra lembab, jadi gak usah pakai lotion lagi. Kayak gw, pake sabun oilum, seringnya ga usah pakai lotion lagi. Sayangnya oilum versi cair jarang nemu, jadi ya gw bawa batangan.
  3. Personal Medicine. Whatever you may bring 🙂  Idenya sama, bawa seringkas mungkin. Ditaruhnya di tempat yang gampang terjangkau tangan kapanpun ya.
  4. Others. Sepele tapi penting: colokan T dan semua charger gadgetlw. Penting juga bawa colokan bentuk T, buat jaga-jaga kalo di public sphere, colokan terbatas lw bisa win win solution sama orang lain dengan colokan ini. Mini roll cable juga oke. Apapun, asal ringkas. Selain itu, selipkan juga sandal jepit! hehehe..biar sepatu heels nya istirahat sejenak sementara gw jalan-jalan cantik nan cuek setelah urusan kerja selesai.

Untitled-1

Packing Tips

Well… dengan setrika mini di tas, lw bisa memaksimalkan baju yang lw bawa. Lipat sekecil dan seringkas mungkin, lecek gak masalah, kan ada setrika! Yeayy!! Susun serapih mungkin. Kalo perlu, oleh-oleh untuk orang rumah tuh masuk koper. Jadi gak ribet nenteng2 di bandara, bebas taruh di cabin, ga usah nunggu bagasi. Lamaaaa ciing!Meme_kabel-kusut-memang-bikin-jengkel_[wap.filezombi.com]

Yah, lw bisa pake pengikat kabel / minimal pakai karet gelang.

That’s all from me for now,

See you in the next episodes. Ciao!

Story #39. Yearly Resolution and a Future Plan

Hello there… this is nothing but junk! I suppose to write this down early 2016, but i skipped it. Thinking that I will just keep it for myself. But then i think i would better to write it. Hope any random reader would wish me luck! LOL You may stop reading by this line it’s okay 🙂

I have a few list about the way i will live my life ahead. At least for a year, this is the things I promised myself to achieve:

  • Having more time for yoga and exercise at the gym (at least back to old time routine 4 times a week).
  • Get a new boyfriend with a heart. Avoid heartless asshole!
  • Finishing car installment (on May)
  • Visit Thailand
  • Going to university for Master program. Maybe around mid year? Major study must be Communication Study. Perhaps one day I had a chance to become a lecturer.(woohoooo… yeaaayyy!!). This is become my long-term obsession, I noted “Agnes Pratiwi, MM. Year:2018”
  • Celebrate Christmas 2016 with all family member.
  • Attend at least 1 church activity such retreat or camp or something.

Well those are 7 of 8 personal yearly resolution. I kept my very personal number 8 for just my self and God.

I sometimes face questions here, that people asking like, “why don’t you get married?”, “when will you get married?”, “do you have any boyfriend?”, “are you now seeing somebody?”. Those questions are silly. For me, I am now happy for what I have now. Enjoy become 30 and a single, dating sometimes, hangout with some friends, living my routine…bla..bla..bla.. But doesn’t mean I will live this way forever. I believe God prepared me someone, He shall let us met at His time. So today I pray for God to keep him safe and well, wherever he is, whatever he do now. Like I said on my birth day, I let God be the pen, I consecrate myself become an empty paper. I’ll still be happy whether I stay single or getting married.  I’ll be fine whether I stand alone or I’m with somebody because I decide my own happiness, it don’t depend on anyone.

Good night,

Ciao!

Story #38. Honest Reason for Doing Exercise

Hello fellow!

Many people asked me questions of why am i keep exercising at the gym while today i got good enough physical appearance, and some other similiar questions. I used to answer it honesty but then it don’t satisfy people. So I keep going by telling them that I’m doing it to have muscles, to have flat belly, sexy butt, etc LOL! It does work to satisfy them with such answer. You know what, in fact, those answers just bullshit.

So today when I woke up, I decide to write down my honest reason of why am i keep exercising. Here we go:

  • By exercising, I burn calories and fat
  • I don’t easily get tired on daily activities
  • I don’t easily get sick due to my overload work/personal activities (Personal Activities e.g work, attend the class, hangout, stay up late sometimes)
  • I prepare my self to reduce the risk of diabetes  due to heredity. I might got it from my mom side.
  • I wanted to enjoy life and hoping to live long. How do you think I can achieve it without exercise?!

Life goes on… people keep asking and i keep answering. Mostly to satisfy them… I keep the honest answer for myself and now i share it here.

 

Hope you enjoy your life as well,

See you in my next episodes of life,

Ciao!

Story #37. Kuliah Magister Komunikasi di Jakarta (Part II)

Hello there 🙂

Setelah tulisan saya sebelumnya, saya mempertimbangkan baik-baik dimana saya akan kuliah. Kebetulan kemarin saya menyempatkan diri untuk datang ke kampus Inter Studi di Jl. Wijaya, daerah Fatmawati. Mobil pribadi saya pilih sebagai moda transportasi.  Berangkat dari Tangerang jam 11am, sampai di lokasi jam 2pm 😦 Yah… jakarta, durasi segitu saya sih biasa. Cuma macetnya memang saya ampun deh. Untung kemarin ada temen yang baik hati bersedia nemenin saya kesana. Lumayan, jadi ada temen ngobrol sepanjang perjalanan.

Di kantor Tata Usaha, saya mendapatkan penjelasan yang sangat baik dari Ibu Riri (entah apa jabatannya, saya nggak nanya). Ada beberapa penjelasan yang tidak sy ketahui di postingan sebelumnya, disini sy mendapat info lebih banyak. Saya share infonya sbb ya:

  • Kuota jumlah mahasiswa di magister komunikasi dibatasi jumlah minimal 10 orang. Jika kuota minimal pada awal kuartal tidak tercapai, maka kelas ditunda ke kuartal berikutnya sampai dengan tercapai jumlah kuota minimal. Selama ini kelas berlangsung dengan jumlah mahasiswa 10-16 orang.
  • Pembayaran uang kuliah terbagi dalam 4 kuartal, yang artinya dalam 1tahun 4bulan biaya kuliah sudah lunas terbayar. Mahasiswa diberi batas untuk menyelesaikan thesis hingga kuartal ke 7. Sampai dengan kuartal ke 7 itu, tidak ada lagi tambahan biaya kuliah. Tapi jika pengerjaan thesis melebihi batas itu, baru mahasiswa diwajibkan untuk membayar biaya thesis lagi.
  • Mahasiswa bisa mengajukan keringanan term of payment setiap kuartal. Ini biasanya dilakukan oleh mereka yang kuliah sambil bekerja. Jadi term pembayarannya tiap bulan dicicil. Misal pada Q1 total pembayaran 9,5jt, nah mahasiswa bisa mencicil 2,5jt per bulan. Cara mendapatkan keringanan ini adalah dengan membuat surat pengajuan (format bebas) kepada dekanat. Semoga disetujui.
  • Spesial kelas khusus (sabtu) disediakan snack dan makan siang setiap kuliah. Jadi jadwal kuliah yang dari jam 8am – 4pm terdiri dari 3 sesi tatap muka. Setiap pergantian sesi ada jeda break 15 menit dan ada istirahat makan siang juga. Sebagai alternatif, di luar gedung, ada banyak pilihan makanan! sangat banyak!! :))

 

Untuk kampus UPH dan Mercu saya merasa gak perlu survey lokasi karena itu cuma di semanggi dan meruya. Saya kemarin agak berat membandingkan antara UPH dan Inter Studi. Hal-hal berikut adalah alasan saya akhirnya memilih Inter Studi:

  • Akreditasi B. Sama dengan UPH dan Mercu. Sebaiknya tidak ikut statement “yang penting punya ijasah”, tapi kredibilitas PT dari segi akreditasi perlu dijadi pertimbangan besar juga.
  • Peminatan konsentrasi studi & mata kuliah lebih sesuai kebutuhan saya kedepannya, dan lebih banyak juga dari UPH
  • Biaya lebih murah. Interstudi 32,5jt sedangkan UPH 40,1jt.
  • Kebetulan, saya masih tipe belajar yang konvensional : p. Jadi saya lebih memilih tempat yang sistem kuliahnya tatap muka ketimbang sistem e-learning seperti di Mercu Buana.

Dari segi akses ke lokasi kampus bisa juga naik KRL Commuter Line, stop di stasiun kebayoran. Saya cek tarif dari salah satu layanan ojek online, ongkosnya Rp12.000,-. Rasanya cukup murah dan worth ketimbang macet2an di daerah Fatmawati.

See you at my next episodes of life,

Happy Valentine’s day (just an ordinary day for me) :p

Ciao!!