Story #27. Mengurus Passpor Online

Hi there,
Kali ini gw mw share tentang pembuatan passpor. Kalo dulu pembuatan passpor terkesan (baca: pada faktanya) ribet sehingga banyak orang menggunakan jasa calo agar lebih praktis walaupun harus membayar lebih mahal untuk jasa calo. Nah sejak akhir tahun 2013 sudah tersedia layanan passpor dan visa online. Yg akan gw share disini ttg pembuatan passpor online di Kanim Kelas 1 Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Tmp. Taruna, Sukasari, Tangerang.

Data yg perlu disiapkan:

  • KTP
  • KK
  • Akte lahir / Ijasah / Akte perkawinan (salah satu)
  • Materai 6.000

Semuanya disiapkan dalam bentuk copy. Masing-masing dalam 1 lembar A4. KTP juga harus di 1 lembar kertas ukuran A4 dan diperbesar, tidak boleh dipotong, jadi biarkan saja lembaran besar. Demikian juga dengan KK dan copy halaman depan passpor lama. Yang copynya di gunting bakal disuruh copy ulang sama petugas. Copy ulang berarti harus ke koperasi (lagi), dan berarti juga berjubel-jubel (lagi). Di kantor imigrasi tangerang tidak ada sistem antrian di koperasi, jadi ya memang berjubel-jubel.

Pengisian Passpor Online

Buka website imigrasi http://www.imigrasi.go.id/  Sebelum mengajukan passpor via online, silahkan klik dulu panduan pembuatan passpor online disini

Panduan pada link diatas super lengkap, ada juga contoh print out tanda terima dan surat pengantar pembayaran ke bank. Jadi gw ga usah ulangi nyantumin gambar ya. Proses  pengisian online bisa agak lama, jadi harap sabar kalau belum dapat notifikasi dari web kanim. Pengalaman gw, gw habisin waktu sekitar setengah hari untuk pengisian dan nerima notifikasi via email. Besokannya gw lakukan pembayaran ke bank (via teller), lalu datang ke kanim sesuai jadwal. Biaya pembuatan passpor sebesar Rp355.000,-. Pembayaran via teller dikenakan tambahan charge Rp5.000,-.

Tips mengurus passpor

Sesuai waktu kedatangan yang dijadwalkan, berikut tips saat tiba di kantor imigrasi:
– Datanglah sepagi mungkin. Gw sampe di kantor imigrasi persis jam 7 pagi, bisa selesai jam 9. Tapi kalau datang jam 8 bisa siang banget baru selesai.

Kantor Imigrasi (berikut koperasi dan layanan custermer service) baru dibuka pada jam 8pagi. Tapi pas gw dateng jam 7 pagi itu udah ada sekitar 40an orang yang antri. Ginilah kira-kira kondisi antrian di jam 7 pagi.

WP_20150925_07_21_31_Pro

Antrian pembuatan passpor online dan offline hanya dibatasi tiang pembatas antrian, tanpa nomor antrian. Jadi kalo kita udah dateng, sebaiknya ya berdiri aja di bagian antrian online supaya gak kesela sama orang lain yang dateng belakangan. Tepat jam 8, petugas akan datang dan membuka antrian. Siapa gerak cepat, dia dapet tempat di depan. Bagi yang antri manual/offline, jumlah antrian dibatasi hanya 60orang per hari. Sedangkan untuk yang online dibatasi hingga 200orang per hari.

– Sebaiknya siapkan uang kecil (ribuan) jika diperlukan untuk fotocopy dan keperluan pembelian materai.

– Di koperasi kita bisa minta form surat pernyataan yang harus kita isi dan dibubuhi materai. Silahkan siapkan lem kertas dari rumah untuk menempel materai pada surat pernyataan atau pakai cara “alami” juga gak pa pa. Kata pepatah kan “dari mata turun ke hati”, nah disini berlaku “dari liur turun ke kertas” yaiiikkss…LOL!

– Di sekitar kanim ada cukup banyak pilihan tempat makan, kalo terpaksa nunggu lama jangan kwatir kelaparan, silahkan keluar dan pilih aja mau makan apa.

Foto, Interview, Pengambilan Sidik Jari, dan Verifikasi Data

Untuk pengurusan passpor online, counter yang digunakan adalah counter 3 dan 4. Pakaian untuk foto bebas rapi (kebanyakan orang pakai kemeja, kalau anak-anak polo shirt gak pa pa). Warna baju boleh apa saja kecuali putih. Saat interview, pertanyaan petugas kira-kira sbb:

+ Bikin passpor rencananya mau kemana?

+ Mau ngapain disana?

Kedua pertanyaan itu jawablah sesingkat-singkatnya, sama sekali gak dianjurkan untuk berbelit-belit apalagi sekalian curhat.

Di tempat yang sama dengan wawancara, kita juga akan diminta sidik jari. Verifikasi data kadang tidak diperlukan. Pada kasus gw, data asli KTP, KK, Akte lahir yang udah dibawa gak diperiksa, ditanya pun enggak. Beda sama mama yang datanya ditanya, diliat, -mungkin juga- dicermati dengan seksama, karna mama cerita petugas tanya gini:

+ Ibu akte lahirnya mana? gak punya… (dalam hati: “boro-boro akte, udah sukur ada yang inget taun brapa gw lahir”)

+ Ijasah gak ada juga ya bu? gak tuh… (dalam hati: “krik..krik..krik.. agak cemas”)

+ Akte kawin aja ini ya? iyah, itu doang yang saya punya pak! (dalam hati: “mendadak inget! Ini dia kata-kata yang diajarin sm anak gw! Haha! hayoh sini mau tanya apa lagi!!”)

+ Oke bu kalo gak ada ini aja. Yess!

Pengambilan Passpor

Setelah proses pengajuan lalu foto dan wawancara, passpor bakal selesai dalam waktu 3 (tiga) hari kerja. Misalnya gw bikin hari jumat, nah passpor jadi dan bisa diambil di hari rabu berikutnya setelah jam 1 siang, atau keesokan harinya mulai dari jam 8 pagi.

Batas waktu pengambilan passpor adalah 30 hari setelah passpor selesai. Lewat dari batas waktu tersebut. Petugas akan menggunting (memusnahkan) passpor kita.

Pengambilan passpor tidak harus si pemohon, bisa orang lain. Jika anggota keluarga yang namanya masih 1 KK maka tidak perlu surat kuasa. Lain halnya jika yang mengambil passpor orang diluar KK, maka harus disertai surat kuasa. Formatnya bebas saja.

Yang perlu diingat, tanda terima permohonan kita harus cetak ulang untuk di scan barcodenya di mesin antri pengambilan passpor. Waktu gw ambil passpor, gw sampe kanim jam 7.30 pagi. Bisa ambil nomor antrian di mesin yang ada diantara ruang tunggu pas di dekat tangga menuju lantai 2. Caranya mesti pencet dulu nomor yang tercantum di layar, baru scan barcode yang ada di lembar tanda terima. Setelah itu baru nomor antrian keluar. Disini walaupun pakenya mesin antri, tetep juga hampir tanpa antrian. Ada aja yang nyela2, ngejubel-jubel di depan mesin antri (damn!).

Pada pengambilan passpor, setelah tanda tangan di lembar pengambilan passpor kita harus ke koperasi (lagi) untuk fotocopy passpor baru. Ini gw gak nalar sih, beneran gak efisien. Kenapa gak di fotocopy sekalian aja sama petugas saat passpor udah jadi ya? Tambahin charge 1.000-2.000 rasanya sih gak masalah daripada habis dari loket – trus fotocopy – trus balik lagi ke loket 4 untuk nyerahin fotocopy passpor baru. Bagi yang punya passpor lama, petugas akan kasih juga lembar pengambilan passpor lama. Ini harus diisi dan ditanda tangan diatas materai 6.000. Sebenernya ini opsional sih passpor lama mau diambil apa nggak. Tapi pas gw bilang “sy gak mau ambil kok passpor lama saya biar aja pak”, gw tetep disodorin kertas itu dan suruh isi. Akhirnya gw -terpaksa- ngisi. Ternyata ada satu kesamaan gw sama kanim: sama-sama gak mau nyampah passpor lama. Hahaha…

Well, itu tadi share gw. Sampai jumpa di story berikutnya.

Ciao! ^.^

Story #26. Must Listen to this Jazz song: “Maybe”

Hello,

Lately i often listening to jazz song while working and i found this song accidentally. This song was sang by Monita, success to catch my attention. You can listen it up by this link and this is the lyrics

Maybe

The mistesy, the misery

That was I see, that magicly never give up all the gold memory

If you’re maybe the one to be who promised me under big tree

Then we’ll be fine together happily

So, maybe we can bang together

Or (then), maybe we can fly the car

Then (or), maybe underneath the brand new life the answer will come simply straight as a life

The one in my heart


***

By this couple days i’ve been listen it up for about 10 times! The song and the way Monita’s sing it has deliver my….mmm…what can i call it, childhood dream and imagination about the magic of love? : p hahahha….

Ciao!

Story #25. Cerita Roker: Unspoken Cynical

Di stasiun transit. Nunggu kereta menuju Tangerang. Berdiri berjejer bersama sejuta umat. Kondisi lelah pulang kerja. Mendengar pembicaraan dari dua ibu-ibu yang tidak saling kenal tapi saling berbasa basi.

A: Ibu mw kemana bu? (nada suara terdengar sumringah. Ibu paruh baya ini berdua sama cowo, yang selama berdiri sibuk rangkul2an)
B: Ke Tangerang (nada ceria, berusaha ramah)
Gw (dalam hati): Iyalah ke tangerang. Nunggunya di sebelah sini!

A: Oh Tangerang ya.. Sama donk. Kita jg mw ke tangerang.
Gw (dalam hati) : Kalo sama so what!
A: Mw kejar bakso yg enak banget tuhh.. (makin sok ramah)
B: Ooo…yaa… (nada cerianya turun 1 oktaf. Tanggapan seadanya tapi tetep berusaha ramah)
Gw (dalam hati): Emangnya ada yg nanya situ mw ngapain di tempat tujuan!

A: (melanjutkan keceriaan) .. Tp qta mw ke rumah sodara dulu nih.. Mmm.. Dimana tuh yank?
Cowo yg di panggil sayang: Di bsd

A: Bukan.. Kok bsd sih…bla bla bla..
(berdebat berdua sementara kereta datang, si B menjauh teratur, mungkin males di gerbong deketan sama si A)

Gw (dalam hati): Thx God the conversation is fortunately over!

***
(Roker maksudnya ROmbongan KEReta a.k.a sejumlah orang yang menggunakan kereta sebagai pilihan transportasi umum).

Cerita semacam ini hanya akan terjadi kalo naik kendaraan umum.

No Happy Reading such cynicism,

Ciao!

 

Story #24. Tragedi Kacang Panjang

Hi there,

Suatu kali, pacar gw (Ehm, sekarang udah mantan) kenalin gw ke keluarganya. Biar akrab, moment nya dinner donk di pusat kuliner di mall gitu. Yang pergi gw, dia, satu kakaknya, dan nyokapnya. Keliling2 cari meja kosong sambil celingukan milih-milih makanan. Akhirnya kita milih makan masakan bali. Sedikit info dari tante, bahwa booth makanan tempat kita pesen tadi itu baru, “ini baru deh nes, tante soale baru liat ini ada. Coba ini yuk kayaknya enak”. Jadilah kita berempat order masakan bali dan duduk gak jauh dari boothnya. Sambil nunggu pesenan dateng kita ngobrol sana sini. Sempet ditinggal ngobrol berdua doang sama nyokapnya, gw diceritain sekilas tentang cara si tante membesarkan anak-anaknya, tentang karakter mereka masing-masing, juga tentang harapannya ke anak-anaknya. Kakak dan nyokapnya baik, ramah, dan welcome banget padahal baru pertama kali ketemu gw. Hehehe… gw seneng donk : )) Kita juga ngobrolin tentang bisnis katering rumahan si tante dan kakak. Tante sharing dari jenis masakan sampe bumbu dan cara ngolahnya. Wow!

Nah, gak berapa lama dateng nih pesenan kita. Disaji pake piring rotan, alasnya gw lupa tuh daun pisang apa kertas coklat gitu deh. Gak gw foto juga waktu itu. Baunya harum banget menggugah selera, nasinya keliatannya dikit ada di tengah, dikelilingi sayur, sambal matah, dan lauk, lengkap pake sate lilit. Itu nasi keliatannya aja dikit, padahal abis makan kenyangnya wow banget, untung weekend jadi diet gw kan lagi libur! hahaha…

Ngeliat segerombolan kecil sayuran hijau di piring gw, spontan gw nunjuk sambil bilang “Ooh.. masakan buncis yang tante bilang tadi tuh yang kayak gini ya?” –muka sumringah, positif ceria, karna tadi pas cerita gw emang ngebayangin buncisnya dimasak begitu- Respon si tante setelah sekilas merekatkan alis ke tengah dahi, “bukkkan, itu kacang” (kacang panjang maksudnya). Jgeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!! Trus cowo gw ngusap lengan mamanya sambil cengengesan dan bilang, “Ma..anak ini ga bisa bedain buncis sama kacang panjang ma…”

Gw cuma bisa mesam mesem pengen ngakak tapi ga enak juga ngetawain kebodohan sendiri di depan keluarga cowo gw. Ga tau mau bilang apa, jadi gw polos aja nimpalin “ooo.. ini kacang panjang ya..hehehe”. Sebagian dari diri gw rasanya pengen banget naroh muka di kolong meja aja. Habis itu malah jadi bahan ketawaan bareng dan gw masih aja nimpalin, “keliatannya sama ya…” Hahahhaha…..

Gw emang susah bedain buncis sm kacang panjang. Bukan berarti gw ga bisa masak ya. Kalo gw yang masak, gw tau. Kacang panjang kan panjang banget sampe biasanya bisa ditekuk terus diiket karet. Sedangkan buncis pendek-pendek, juga biasanya masuk plastik, bukan ditekuk terus diiket karet kayak si kacang panjang. Tapi kalo udah di potong-potong disaji di piring atau kotak ketering gw gak tau lagi tuh. Keliatannya sama! Mereka hijau dan bulat!